Minggu, 07 Desember 2008

DAYA MAGIS PEMILU BAGI ELITE POLITIK

DAYA MAGIS PEMILU BAGI ELITE POLITIK

Tinggal empat bulan lagi Indonesia akan mengadakan pemilihan umum. Banyak yang mengatakan bahwa pemilu adalah pesta demokrasi di Negara yang tengah mengalami kemunduran secara mental ini. Sebuah pesta yang tidak menghabiskan dana sedikit, sebuah pesta lima tahunan sebagai wahana merebut tampuk kekuasaan, sebuah pesta dari rakyat (uangnya) dan untuk rakyat (penderitaanya).
Biarlah saya meniai pemilu itu dari satu sisi saja, seperti pernyataan-pernyataan saya yang saya ungkapkan di atas. Yang pasti tulisan ini saya buat dan saya bangun bukan untuk meracuni pikiran teman-teman semua, melainkan hanya untuk menumbuhkan pikiran peka dan kritis namun bertanggung jawab (semoga).
Para elite politik memegang peranan besar dalam kinerja sebuah partai yang di pimpinnya atau yang ”di bimbingnya”. Peranan tersebut di aplikasikan dalam bentuk materi dan non materi. Materi seperti uang untuk keperluan kampanye, iklan di media cetak maupun elektronik, dan untuk membeli suara ( semoga tidak terjadi lagi ). Adapun non materi, para elite mencoba untuk membuat pencitraan partai ataupun dirinya sendiri terlihat baik, berkompeten, dan berkapabilitas sehingga rakyat akan menjadi bagian dari mereka.
Contohnya saja menjelang pemilu yang di laksanakan pada bulan April 2009 nanti, banyak para elite politik dari sekarang yang tengah berusaha membangun citra dirinya dan partainya melalui media ataupun lewat keputusan-keputusan yang ( katanya ) bersifat pro rakyat. Misal, beberapa waktu lalu pemerintah (elite politik) menurunkan harga minyak sebesar Rp 500. Rakyat menjadi gembira mendengar hal ini, tapi kenyataanya keputusan itu malah mempersulit rakyat untuk mendapatkan premium di stasiun-stasiun pengisian. Hal ini di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu :
1.Jeda antara waktu permintaan pasokan dan pengiriman mengakibatkan kelangkaan di beberapa tempat.
2.Pengusaha-pengusaha SPBU menunda pengambilan premium menjelang penurunan harga.
3.Tidak adanya komunikasi yang jelas antara pengusaha SPBU dengan pemerintah.

Terlepas dari itu, banyak yang mengatakan bahwa keputusan pemerintah sangat tepat dan bijaksana untuk menurunkan harga premium. Pertanyaanya, kenapa baru sekarang diturunkan?? Padahal harga minyak dunia sudah turun sejak dua bulan yang lalu. Malaysia saja sudah menurunkan harga minyak sebanyak lima kali. Saya menilai, ada muatan politis yang besar di sini. Pemilu tinggal beberapa bulan ke depan, untuk menanamkan imej bagi rakyat bahwa pemerintah pada saat ini pro rakyat, maka keputusan penurunan harga BBM baru sekarang terlaksana. Selain itu, popularitas SBY yang cenderung menurun dibandingkan calon-calon Presiden yamh independence seperti Fachroel ataupun Sultan Hamengkubuwono X menjadi pertimbangan tersendiri. Tapi, semoga perkiraan saya itu salah!
Contoh yang kedua, adalah soal pendidikan. Baru kemarin saya melihat berita di televisi bahwa pada tahun 2009 pemerintah menetapkan pendidikan gratis di tingkat SD dan SMP. Bagi anda yang ingat, SBY pada kampanyenya tahun 2004 yang lalu pernah mengatakan bahwa bila ia terpilih menjadi presiden, maka pendidikan akan gratis. Pertanyaanya (lagi), kenapa baru sekarang terealisasikan dan kenapa pada tahun 2009? Apakah mungkin analoginya seperti ini. Tahun 2009 kita melaksanakan pemilu, sedangkan pada tahun 2009 pendidikan kita gratis. Secara halus, keputusan itu ingin meyakinkan rakyat bahwa pilih saja SBY dan kawan-kawan menjalankan pemerintahan lagi, supaya gratis. Dan tidak ada jaminan apakah bila memilih orang lain, keputusan itu akan berlanjut atau tidak. Seperti yang kita ketahui bersama, ganti pemerintahan, ganti keputusan.
Lain lagi dengan elite-elite politik yang belum duduk di pemerintahan. Partai-partai besar, sedang, maupun kecil yang di bimbimg dan di pimpinnya semakin dekat ke pemilu semakin gencar pula memberikan sembako, pelatihan, atau memberikan hal-hal yang bisa membuat rakyat gembira, dengan tujuan agar rakyat memilih partai mereka dalam pemilu nanti. Alasanya sih sederhana, mereka bilang ” rakyat sudah sering menderita, kalau tidak kita siapa lagi yang peduli”, ucap mereka.
Tapi, kenapa harus menjelang pemilu??? Kenapa tidak sedari dulu kalau ingin membantu rakyat?? Aneh bukan..
Tidak bisa di pungkiri, pemilu menjadi daya magis yang sangat besar untuk siapa pun yang punya uang untuk dapat duduk di pemerintahan. Rakyat pun hanya menjadi korban langkah-langkah mereka dalam menuju kekuasaan. Tapi sekali lagi saya tegaskan, RAKYAT TIDAK BODOH!!! Rakyat tahu apa yang baik bagi mereka sendiri, mungkin hal ini yang mengakibatkan banyak golput dimana-mana.

Tidak ada komentar: